Ads 468x60px

Featured Posts

Saturday, October 19, 2013

Nyeri Sendi, Waspada Artritis Rematoid



Bila persendian kerap terasa nyeri, waspada kemungkinan terserang Artritis Rematoid (AR).  Sebagai penyakit autoimun, AR menyerang sistem kekebalan tubuh dan seluruh persendian. Sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang jaringan yang sehat. Pada akhirnya seluruh persendian penderita AR terasa kaku.

Rasa kaku terjadi karena pembengkakan bantalan sendi, yang merupakan reaksi peradangan. Pembengkakan ini menyebar ke seluruh tubuh hingga membuat penderitanya mengalami keterbatasan gerak. Keterbatasan gerak perlahan mengakibatkan kelumpuhan pada penderita.
"AR bisa diatasi dan diterapi sejak dini bila penderita mengetahuinya. Sayangnya masyarakat Indonesia kerap menganggap nyeri sebagai sesuatu yang biasa. Belum lagi kesalahan diagnosa sebagai pengapuran (osteoarthritis) bagi penderita lansia," kata internist dari RS Hasan Sadikin, Bandung, dr Andry Reza Rahmadi, SpPD, MKes pada pada kampanye edukasi Kenali Artritis Rematoid di Jakarta, Kamis (17/10/13).

Penyakit AR, kata Andry, juga bisa menyerang usia muda. Untuk membedakan dengan pengapuran, Andry menjelaskan gejala klinis pada penderita AR. Dengan mengetahui gejala sejak dini, diharapkan penderita AR secepatnya berkonsultasi pada ahli reumatologi.

Sunday, June 23, 2013

Berat Badan Bisa Prediksi Risiko Penyakit Seseorang



Menurut sebuah studi terbaru dari Australian Institute of Health and Welfare, 9 dari 10 orang dewasa Australia setidaknya hidup dengan satu faktor risiko terkena penyakit kardiovaskular.
Di antara faktor-faktor risiko, obesitas merupakan faktor risiko tertinggi di antara kebiasaan merokok, minimnya aktivitas fisik, jarang mengonsumsi buah dan sayuran, kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, tekanan daraha tinggi dan masih banyak lagi.
Obesitas dan gangguan kesehatan
Obesitas merupakan salah satu masalah serius dalam dunia kesehatan. Selain meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, obesitas juga bisa mengancam jiwa dengan memperparah dan memicu komplikasi berbagai penyakit tertentu, seperti :
- Penyakit jantung
- Beberapa Kanker seperti kanker payudara, kolon dan endometrial
- Diabetes tipe-2
- Tekanan darah tinggi
- Sesak napas
- Penyakit kandung empedu
- Kelainan hormon reproduksi
- Sleep apnea
- Osteoarthritis (lutut)
- Sindrom ovarium polikistik
- Resistensi insulin
- Kadar asam urat tinggi
- Gangguan kesuburan
- Nyeri punggung bawah
- Cacat janin terkait dengan obesitas ibu
- Peningkatan lemak tubuh
- Mengukur Risiko Kesehatan Terkait Berat Badan
Menurut American National Heart Lung and Blood Institute (NHLBI) penilaian risiko yang terkait dengan kelebihan berat badan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
- Mengukur body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh
- Mengukur lingkar pinggang, dan
- Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan obesitas
BMI merupakan metode pengukuran tubuh dengan menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Sedangkan mengukur lingkar pinggang sering digunakan untuk mengetahui kadar lemak yang tertimbun di perut. Kedua metode ini bisa dikombinasikan untuk mengetahui faktor risiko seseorang dalam mengembangkan penyakit tertentu akibat obesitas.
Cara ukur massa tubuh menggunakan BMI
BMI adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara berat badan dan tinggi badan seseorang yang digunakan untuk menentukan kategori berat badan orang tersebut, apakah orang tersebut kekurangan berat badan, kelebihan berat badan, kegemukan (obesitas) atau berat badannya normal.
BMI adalah indikator relatif lemak tubuh yang dapat digunakan untuk memperkirakan resiko seseorang terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan berat badan yang tidak normal.
BMI dihitung dengan menggunakan rumus: berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Berikut cara perhitungannya:

BMI = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (m)
BMI dihitung dengan menggunakan rumus: berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter).
Berikut cara perhitungannya:
Hasil dari rumus di atas dapat diklasifikasi ke dalam tabel di bawah ini:
BMI
Status Berat Badan
Kurang dari 18.5
Kekurangan berat badan
18.5 - 24.9
Normal (ideal)
25.0 - 29.9
Kelebihan berat badan
30.0 atau lebih
Kegemukan (Obesitas)
Mengukur Lingkar Pinggang
dr. Fiastuti Witjaksono,SpGK(K), dokter spesialis gizi dari FKUI-RSCM, mengatakan, "Lingkar pinggang bukan hanya indikator dari masalah kegemukan, tetapi juga merupakan alat ukur kesehatan tubuh, " seperti dikutip dari Antaranews.
Hal serupa disampaikan oleh American National Heart Lung and Blood Institute yang menyebutkan bahwa untuk perempuan, lingkar pinggang ideal tidak boleh lebih dari 88 cm atau setara dengan empat setengah jengkal sendiri. Sementara untuk pria adalah 102 cm atau lima jengkal sendiri.
Mereka yang memiliki lingkar pinggang dan perut melebihi ukuran ideal, berisiko terkena penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi serta penyakit berbahaya tidak menular lainnya.
Untuk itu, ia pun mengimbau agar perempuan dan pria dengan BMI normal agar waspada dengan memperhatikan lingkar pinggang mereka.
Berikut ini tabel untuk memudahkan pemahaman Anda tentang hubungan BMI, ukuran lingkar pinggang dengan risiko penyakit tertentu.
Catatan:
* Risiko Penyakit diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular.
+ Peningkatan lingkar pinggang juga bisa menjadi penanda untuk peningkatan risiko bahkan pada orang dengan berat badan normal.
Jika Anda berpikir bahwa berat badan Anda saat ini dapat menempatkan Anda pada risiko kesehatan, sekarang Anda mengetahui bagaimana memperkirakan faktor risiko yang mungkin saja Anda hadapi.
Segera konsultasikan dengan dokter jika Anda merasa memiliki faktor risiko yang dapat membahayakan jiwa Anda.
Ada berbagai macam obat herbal yang bisa dikonsumsi seperti Propolis. Propolis ada berbagai jenis yang beredar di masyarakat seperti Propolis Diamond, Propolis Diamond Lite 20, Propolis Melia Sehat Sejahtera, Propolis HiTech Nano dll. Anda dapat memilihnya sebagai obat herbal alternatif selain berobat ke dokter. Silahkan kunjungan website Propolis Murah untuk mendapatkan harga bersaing.

Sunday, April 7, 2013

Rajin Makan Pisang Cegah Stroke


Pola makan yang sehat wajib kita jalani jika ingin terhindar dari berbagai penyakit. Berkaitan dengan hal tersebut, para ahli merekomendasikan kita untuk rutin makan pisang dan mengurangi keripik untuk mencegah stroke.
Pisang merupakan buah yang kaya kandungan potasium. Satu buah pisang rata-rata mengandung 420 mg. Potasium berperan dalam menurunkan tekanan darah. Sedangkan keripik mengandung banyak garam yang dapat menaikan tekanan darah. Sebuah studi menemukan orang yang cukup asupan potasium memiliki risiko stroke 24 persen lebih kecil. Meski begitu sebelumnya para peneliti menemukan bahwa konsumsi potasium pada orang tua dapat berbahaya karena menyebabkan  penurunan fungsi ginjal sehingga tidak dapat menghilangkan sisa-sisa potasium dari darah.

Tuesday, March 12, 2013

Rajin Pantau Tensi Turut Sehatkan Ginjal


Menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dr. Dharmeizar, hipertensi merupakan salah satu faktor penyebab penyakit ginjal kronik (PGK). Selain hipertensi, PGK juga dapat disebabkan oleh diabetes mellitus, serta penyakit lain yang berhubungan dengan ginjal, antara lain batu ginjal yang tidak disembuhkan, penyakit ginjal polikistik, dan glomerulonefritis kronik.
PGK merupakan penyakit dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia, yaitu berdasarkan data survei yang dilakukan PERNEFRI baru-baru ini mencapai 30,7 juta penduduk. PGK berbeda dengan penyakit ginjal lainnya seperti batu ginjal ataupun infeksi saluran kemih akibat berkurangnya fungsi ginjal. PGK merupakan penurunan fungsi ginjal perlahan namun pasti sehingga pada suatu saat tertentu akan mengakibatkan gagal ginjal.
Namun dapat juga ditandai dengan LFG yang kurang dari 60 mL permenit untuk lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
Pengobatan untuk PGK pada stadium tahap akhir, kata Dharmeizar, memerlukan terapi pengganti ginjal, diantaranya hemodialisis atau cuci darah, peritoneal dialisis, hingga transplantasi ginjal.
"Untuk mengatasi penyakit ginjal kronik tentunya harus ada penambahan penyebaran sentral pengobatan, namun pencegahanlah yang paling penting," tandasnya.
Karena pengobatan penyakit ginjal kronis itu sangat mahal. Bayangkan, pertahun untuk hemodialisis menghabiskan Rp 50 hingga Rp 80 juta, transplantasi ginjal mencapai Rp 250 sampai Rp 350 juta, pertahunnya butuh perawatan lagi yang mencapai Rp 75 hingga Rp 150 juta," katanya.

Friday, February 15, 2013

Penggunaan Antibiotik Memprihatinkan


Selama 40 tahun terakhir, penggunaan antibiotik secara serampangan menjadi masalah di Indonesia. Perlu langkah tegas dan serius agar dampak resistensi antibiotik tidak semakin menyebar.

”Pemerintah perlu lebih tegas mengatur penggunaan dan peredaran antibiotik,” kata Ketua Departemen Mikrobiologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Anis Karuniawati dalam temu media jelang simposium Indonesia Antimicrobial Resistance Watch yang ke-8 di Jakarta, Kamis (14/2).
Meski termasuk obat keras, antibiotik dijual bebas tanpa resep dokter di apotek dan toko obat. Dokter sering kali memberikan antibiotik tanpa mengecek jenis kuman melalui uji laboratorium. Sebagian masyarakat biasa membeli dan mengonsumsi antibiotik untuk mengobati sendiri penyakit.

Menurut Anis, dokter berhak meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi. ”Pengecekan laboratorium biasanya baru dilakukan jika antibiotik tidak memberi dampak,” katanya.

Monday, February 11, 2013

Gejala Diabetes Tipe Satu


Kenali gejala diabetes tipe satu, yang sebagian besar diderita anak-anak ini. Diabetes tipe satu tak lepas dari insulin. Makin tinggi gula di dalam darah, makin tinggi pula insulin yang akan diproduksi. Mengenali gejala diabetes tipe satu pada anak tak selalu mudah karena gejala-gejalanya sering salah dikira penyakit flu.
Anak dengan diabetes tipe 1 biasanya memiliki gejala awal:
- Sering berkemih
Hal ini terjadi karena ginjal ingin membersihkan kelebihan glukosa dalam sirkulasi darah. Anak jadi lebih sering buang air kecil dan dalam jumlah yang besar. Mengompol juga bisa menjadi gejala adanya diabetes, terutama jika sebelumnya anak tak pernah mengompol.

- Banyak minum
Karena banyak cairan yang dikeluarkan, anak menjadi gampang haus.

Thursday, January 31, 2013

Perlukah UU Khusus Jamu?


Gabungan Perusahaan Jamu (GP Jamu) mengusulkan kepada pemerintah untuk membuat Undang-undang khusus jamu. Menurut  Ketua GP Jamu Charles Sierang, jamu perlu dibedakan dengan obat-obatan yang telah diatur dalam undang-undang tentang farmasi.
Menurutnya, jamu merupakan produk khas dari Indonesia yang mencampurkan bahan-bahan alami sehingga berkhasiat untuk kesehatan, sedangkan obat kebanyakan terbuat dari bahan-bahan kimia sintetis. Penyalahgunaan jamu dengan bahan kimia obat (BKO) kini kian marak, terbukti dari masih banyak ditemukannya jamu BKO di pasaran dari survei yang telah dilakukan Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI). Bahkan jamu gendong pun, khususnya di Jakarta, sudah banyak diganti dengan jamu berbahan kimia obat.
Dengan mengganti jamu alami dengan jamu BKO, rakyat kecil lah yang sengsara. Ingin sehat dengan minum jamu, malah sakit yang didapat," ujarnya.
Ia menilai pemerintah kurang memperhatikan peredaran jamu BKO dan kurang mendukung industri lokal yang memproduksi jamu alami. "Industri lokal diawasi ketat dengan berbagai persyaratan rumit, sedangkan jamu impor dengan BKO mudah saja masuk ke Indonesia. Ini mematikan industri jamu lokal," tegasnya.